“”
Tulungagung,-Proyek pembangunan rabat beton di Dusun Ngreco, Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, menuai sorotan tajam. Jalan desa yang dibiayai dari Bantuan Keuangan (BK) Desa senilai Rp200 juta itu baru sekitar enam bulan selesai, namun kondisinya kini sudah rusak parah: retak, patah, hingga ambles di sejumlah titik.
Hasil pantauan tim media di lokasi pada Senin (15/9/2025) siang, kondisi jalan cor beton tersebut memang sangat memprihatinkan. Retakan memanjang tampak di hampir setiap segmen jalan. Beberapa titik yang ambles sudah ditambal seadanya di bagian atas, namun kualitasnya terlihat rendah dan dipastikan tidak akan bertahan lama.
“Kami yakin tambalan ini tidak akan bertahan. Dalam hitungan bulan, bahkan mungkin minggu, jalan ini pasti rusak lagi,” ujar seorang warga yang ikut mendampingi tim media saat pengecekan.
Sejak awal, proyek ini sudah menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, tidak ada papan nama proyek yang dipasang di lokasi. Padahal, papan nama wajib memuat informasi terkait sumber anggaran, nilai proyek, volume pekerjaan, hingga pihak pelaksana.
Tanpa papan informasi itu, warga tidak mengetahui secara jelas siapa pelaksana proyek maupun berapa besar dana yang digunakan.
“Baru dibangun beberapa bulan, tapi rusaknya sudah seperti ini. Kami warga jelas dirugikan. Ditambah tidak ada papan nama proyek, jadi kami tidak tahu uangnya dari mana dan berapa besarannya,” keluh warga berinisial AD.
Kerusakan dini ini memunculkan dugaan kuat bahwa proyek rabat beton tersebut dikerjakan asal-asalan. Indikasi penggunaan material murahan, ketebalan cor yang tidak sesuai standar, hingga lemahnya pengawasan desa maupun instansi terkait menjadi sorotan publik.
“Kalau sesuai aturan, mustahil enam bulan sudah ambles. Ini indikasi pekerjaan tidak sesuai spesifikasi. Pengawasan desa maupun dinas teknis jelas patut dipertanyakan,” kata seorang aktivis kebijakan publik di Tulungagung.
Yang lebih mengejutkan, jalan cor yang rusak parah itu bertemu dengan proyek rabat beton lain di desa yang sama. Bedanya, proyek pembanding itu bersumber dari Dana Desa dan dikerjakan oleh TPK Desa. Ironisnya, meski dibangun hampir bersamaan, kualitasnya jauh lebih baik dibanding proyek BK senilai Rp200 juta tersebut.
Menurut warga AD, fakta ini membuat alasan kerusakan yang disampaikan pihak desa semakin diragukan.
“Kalau memang muatan jadi penyebab, kenapa jalan rabat beton dari Dana Desa masih bagus sampai sekarang, padahal sama-sama dilalui kendaraan?” tegas AD.
Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pada Senin (15/9/2025), Kepala Desa Sobontoro, Sodik, membenarkan bahwa proyek rabat beton Dusun Ngreco menelan anggaran sekitar Rp200 juta. Ia berdalih kerusakan terjadi karena kurang dari satu bulan setelah pengecoran, jalan sudah dilalui kendaraan bermuatan berat.
“Belum ada satu bulan sudah dilewati muatan. Padahal dulu saya tutup sampai tiga bulan agar kendaraan bermuatan tidak boleh lewat,” tulis Sodik dalam pesan WhatsApp.
Meski demikian, pernyataan itu tidak meredakan kekecewaan warga. Justru, semakin banyak pertanyaan muncul mengingat proyek pembanding dari Dana Desa terbukti lebih kuat meski sama-sama dilalui kendaraan.
Kekecewaan warga semakin memuncak karena kerusakan terjadi sangat cepat. Mereka mendesak agar pemerintah daerah, Inspektorat, DPRD Tulungagung, hingga aparat penegak hukum segera melakukan audit menyeluruh.
“Kalau hanya diperbaiki dengan tambal sulam, itu sama saja menutup-nutupi masalah. Harus ada pertanggungjawaban jelas, mulai dari siapa pelaksana hingga bagaimana anggarannya dipakai,” tegas seorang warga lain.
Bahkan, warga berencana melayangkan aspirasi langsung ke DPRD Tulungagung dan Bupati agar proyek serupa diawasi lebih ketat serta ada tindak tegas jika terbukti ada penyimpangan.
Berdasarkan estimasi warga dan penggiat kebijakan publik, jika anggaran Rp200 juta benar digunakan namun kualitasnya jauh dari standar, maka dugaan kerugian negara bisa mencapai ratusan juta rupiah. Nilai pastinya akan bergantung pada hasil audit teknis dan investigasi resmi.(Ft)