Site icon Saksi Hukum Indonesia

Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi: Wayang Kulit Desa Krosok Hibur Ribuan Warga”

Tulungagung,-Semarak peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia terasa lebih hidup di Desa Krosok, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Pemerintah desa setempat menggelar Pagelaran Wayang Kulit yang berlangsung sejak Senin malam hingga Selasa dini hari di lapangan desa.

Acara yang terbuka untuk umum ini menarik perhatian ribuan warga, baik dari Desa Krosok maupun desa-desa sekitar. Antusiasme masyarakat terlihat dari ramainya penonton yang tumpah ruah memadati lapangan. Suasana penuh kebersamaan dan kegembiraan menjadikan pagelaran budaya ini tidak sekadar hiburan, tetapi juga ajang mempererat silaturahmi antarwarga.

Dua dalang kondang, Ki Minto Darsono dan Ki Thathit Kusuma Wibhatsuh, tampil memukau dengan kepiawaian mereka membawakan lakon klasik, diselingi pesan moral dan kritik sosial yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Penampilan mereka berhasil membuat penonton terhanyut dalam cerita, tertawa, sekaligus merenung.

Kemeriahan pagelaran semakin lengkap dengan kehadiran bintang tamu Jo Klitik dan Jo Kluthuk, yang dikenal dengan banyolan segar mereka, serta alunan musik dari Campursari Sekar Gadung Indonesia. Sinden cantik dan pengrawit andal menambah semarak suasana malam, membuat penonton tetap terhibur hingga larut.

Acara ini juga dihadiri oleh para tokoh penting dan pejabat pemerintahan. Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPRD Kabupaten Tulungagung, Marsono, S.Sos, perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat (DPM), serta unsur Muspika Kecamatan Sendang termasuk Camat, Kapolsek, dan Danramil. Kehadiran seluruh Kepala Desa se-Kecamatan Sendang menunjukkan dukungan nyata terhadap pelestarian seni dan budaya lokal.

Dalam sambutannya, Ketua DPRD Marsono, S.Sos., mengapresiasi inisiatif Pemerintah Desa Krosok.
“Kami mengapresiasi inisiatif Pemerintah Desa Krosok dalam menggelar pagelaran Wayang Kulit untuk memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesia. Kegiatan seperti ini sangat penting karena selain sebagai hiburan, juga berfungsi melestarikan budaya lokal dan memperkuat tali persaudaraan antarwarga. Saya berharap kegiatan ini menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk terus melestarikan seni tradisional, sekaligus memperkuat identitas budaya Jawa yang kaya dan beragam. Semoga pagelaran malam ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi seluruh warga yang hadir,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Krosok, Susanto, S.A.P., menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari upaya melestarikan budaya warisan leluhur.
“Alhamdulillah, pagelaran Wayang Kulit ini dapat berjalan lancar dan meriah. Kegiatan ini bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga bagian dari upaya kami untuk melestarikan budaya warisan leluhur. Kami ingin masyarakat Desa Krosok, terutama generasi muda, tetap mencintai seni tradisional Jawa. Selain itu, acara ini menjadi sarana mempererat persaudaraan dan kebersamaan antarwarga. Melalui pagelaran ini, kita bisa berkumpul, bersilaturahmi, dan menikmati hiburan yang sarat pesan moral dan nilai budaya.

Kami berharap pagelaran Wayang Kulit ini tidak hanya menjadi hiburan sesaat, tetapi juga menjadi sarana pelestarian budaya Jawa yang lestari di desa kami. Semoga generasi muda tetap mencintai seni tradisional, dan kegiatan seperti ini dapat mempererat kebersamaan serta persaudaraan antarwarga. Kami ingin Desa Krosok dikenal sebagai desa yang peduli terhadap budaya, sekaligus menjadi inspirasi bagi desa-desa lain,” ujarnya.

Masyarakat Desa Krosok yang hadir pun mengaku bangga atas terselenggaranya pagelaran tersebut. Bagi mereka, acara ini tidak hanya menghadirkan hiburan berkualitas, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan antarwarga dari berbagai usia.

Pemerintah Desa Krosok berharap kegiatan ini dapat menjadi wujud nyata pelestarian seni tradisional di tengah arus modernisasi. Dengan disiplin, tertib, dan meriah, pagelaran Wayang Kulit di Desa Krosok berhasil meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh penonton, sekaligus menjadi simbol kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal.(Ft)

Exit mobile version